Bismillah.
Alhamdulillahilladzi hadaana li hadza wa maa kunna linahtadiya law laa an hadaanallah....
TemanS, "bercanda" adalah satu diantara sekian banyak aktifitas di lembaran kehidupan kita. Ini tak bisa kita pungkiri, dan ini juga bukan sesuatu yang diharamkan secara mutlak, karena Rasul kita yang mulia pun kadang bercanda, hanya saja beliau shallallahu'alayhi wasallam tidak pernah berdusta dalam percandaannya, tidak pula meninggalkan adab-adab, dan tentu saja itu adalah canda yang bermanfaat dari seorang manusia termulia sepanjang zaman.
Dituturkan ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha:
مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّه صلىاللّه عليه وسلم مُستَجْمِعًا قَطُّ ضَا حِكًا حَتَّى تُرَى مِنْهُ لَهَوَاتُهُ إِنَمَا كَانَ يَتَبَسَّمُ
Aku belum pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan lidahnya, namun beliau hanya tersenyum.[Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhâri dan Imam Muslim]
Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu menceritakan, para sahabat bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Wahai, Rasulullah! Apakah engkau juga bersenda gurau bersama kami?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: Betul, hanya saja aku selalu berkata benar. [Diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad yang shahîh]
مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّه صلىاللّه عليه وسلم مُستَجْمِعًا قَطُّ ضَا حِكًا حَتَّى تُرَى مِنْهُ لَهَوَاتُهُ إِنَمَا كَانَ يَتَبَسَّمُ
Aku belum pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan lidahnya, namun beliau hanya tersenyum.[Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhâri dan Imam Muslim]
Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu menceritakan, para sahabat bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Wahai, Rasulullah! Apakah engkau juga bersenda gurau bersama kami?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: Betul, hanya saja aku selalu berkata benar. [Diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad yang shahîh]
Begitupun aku, kamu, dan mereka. Tapi hari ini melihat canda kita amatlah berbeda dengan canda Rasulullah shallallahu'alayhi wasallam dan generasi salaful ummah. Ada yang membumbui candanya dengan dusta, bercanda diiringi gelak tawa yang berlebihan, ada pula yang sama sekali tidak menggunakan adab yang baik sehingga menyakiti pendengar atau orang yang dicandai.
Bahkan ini tidak jarang terjadi di kalangan penuntut ilmu.
Pernah kami mendapati seseorang yang dengan mudah dia mencandai saudarinya, "Begitulah kalo orang sudah tua belum nikah-nikah...", di lain waktu dia mengatakan, "Program itu untuk mahasiswa, bukan untuk perawan tua. Haha..." (yang dimaksud perawan tua adalah orang yang ia candai)
Meskipun hanya bercanda, kita harus tau materi candaan kita, jangan melontarkan sesuatu yang boleh jadi akan menyakiti hati orang lain. Sekalipun apa yang kita percandakan adalah sesuatu yang benar adanya. Seperti contoh di atas. Menggelari oranglain dengan sebutan "perawan tua" di waktu yang tepat mungkin tidak akan menyakitinya, tetapi di keadaan yang lain, saat hatinya sedang sensitif, atau sedang mengalami banyak tekanan dan masalah, tentu ini bukanlah materi percandaan yang baik.
Walaupun benar, dia sudah berumur namun belum menikah, itu bukanlah keinginannya, hanya saja Allah belum menakdirkannya bertemu dengan jodohnya.
Jadi, karena kita adalah manusia biasa yang tidak bisa memprediksi keadaan hati seseorang, hendaknya kita menjadi orang yang sangat berhati-hati terhadap apa yang akan kita lisankan.
Wahai saudaraku, saudara(i)mu yang engkau candai juga manusia biasa sepertimu, memiliki perasaan, apalagi jika dia seorang wanita, yang secara fitrah memang diciptakan dengan perasaannya yang halus.
Saudaraku, karena engkau adalah penuntut ilmu dan bukanlah seorang yang awwam, sudah seharusnya engkau lebih berhati-hati dalam bercanda. Jika engkau mengatakan bahwa itu cuma canda sebagai sedikit ujian ketegaran bagi saudarimu, ujian mental baginya untuk menghadapi banyaknya cemoohan orang lain, untuk menunjukkan seberapa kuat hatinya, ingatlah saudaraku, bahwa yang berhak menguji ketegaran seorang hamba adalah Rabbnya. Cukuplah ia bersama dengan masalah dan ujian yang diterimanya. Jangan lagi engkau tambah kepedihan hatinya dengan ucapanmu.
Dan wahai orang yang merasa tersinggung dengan percandaan saudaranya, ingat pulalah bahwa walaupun saudaramu adalah seorang penuntut ilmu, dia juga manusia biasa sepertimu yang tidak luput dari kesalahan. Maafkanlah ia dan nasihatilah dengan cara yang hikmah, agar dia tak mengulangi perbuatannya. Hilangkanlah kebencian dalam hatimu, yakinlah itu hanya satu kelemahan diantara banyaknya kelebihan dan kebaikannya. Dan inilah bunga-bunga ukhuwah, yang ketika benar engkau mencintai saudaramu karena Allah, engkau harus membayar mahal dengan kesediaanmu saling bernasihat dalam kebenaran dan kesabaran. Wallohu Ta'ala a'lam wal Musta'an.
^__^
Wa Shallallahu 'ala Muhammadin wa 'ala alihi wa ashaabihi wasallam...
Allohu yubaarik fiikum...
0 komentar:
Posting Komentar