Rabu, 30 Oktober 2013

Gigitan Kecil Dari Buku "Jalan Cinta Para Pejuang"


Salman Al Farisi memang sudah waktunya menikah. Seorang wanita Anshar yang dikenalnya sebagai wanita mukminah lagi shalihah juga telah mengambil tempat di hatinya. Tentu saja bukan sebagai kekasih. Tetapi sebagai sebuah pilihan dan pilahan yang dirasa tepat. Pilihan menurut akal sehat. Dan pilahan menurut perasaan yang halus, juga ruh yang suci.

Tapi bagaimanapun, ia merasa asing di sini. Madinah bukanlah tempat kelahirannya. Madinah bukanlah tempatnya tumbuh dewasa. Madinah memiliki adat, rasa bahasa, dan rupa-rupa yang belum begitu dikenalnya. Ia berfikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang pelik bagi seorang pendatang. Harus ada seorang yang akrab dengan tradisi Madinah berbicara untuknya dalam khithbah. Maka disampaikannyalah gelegak hati itu kepada shahabat Anshar yang dipersaudarakan dengannya, Abud Darda’.

Aku dan Duniaku


Aku...kadang ingin berada di sebuah tempat yang hanya aku dan bayangku di sana (dan tentunya bersama Allah Azza wa Jalla). Mungkin semacam rumah pohonlah. Bisa memandang padang rumput yang menghijau dan pemandangan alam lain dengan segenap keindahannya. Ya...bertadabbur alam. Ayat-ayat kauniy yang sangat sering kita lalai mensyukurinya. Lalu ingin kujepret dan kuabadikan dalam bingkai yang kubuat sendiri. Mungkin dari akar-akar pepohonan, dengan tempelan beberapa batu alam yang kecil dan berwarna warni.
Aku dan segenap imajinasi masa kecilku kembali bermain. Melihat dunia yang telah lama tidak menyapaku. Dulu, sering sekali aku berkhayal, berada di tempat seperti itu. Punya rumah pohon, yang di dalamnya ada tempat tidur, dan aku bisa belajar dengan nyaman di sana. Mimpi-mimpi itu terkubur seiring kedewasaan berpikir yang dituntut harus ada dalam diriku. Tapi aku ingin kembali membayangkan diri berada di dalam mimpi itu. Bercengkrama bersama hembusan angin, gemericik air, dan suara dedaunan yang saling bergesekan. Itu semua membuatku lebih tenang, meski kembali lagi, masih dalam mimpiku saja. Menutup mata lama-lama kadang membuatku takut juga, jangan-jangan aku tak kan pernah bangun dan hanya berdiri di sana, di dunia impianku, dengan kesendirianku. Ah, tentu saja aku tak mau. Aku memiliki orang-orang yang kusayangi di duniaku sekarang ini. Dan aku bersyukur, berulang kali pun terpikir untuk memiliki dunia seperti itu, aku selalu memilih duniaku sekarang. Cuma yah, memang kadang kita ingin waktu bersendirian. Bukan untuk bermain, tetapi untuk kembali mengupas kulit-kulit mati yang kian mencangkangi hati. 

Ayana_>,<

Fighting!


Berulang kali...gulita datang menyapa hati
Pekatnya seakan meminta izinku tuk menemani
Entah apakah ia berniat menghibur hati
Atau sekedar menambah kegelisahan diri

Menghela nafas panjang mungkin akan sedikit mengobati
Keguncangan yang terus menguntiti
Setelah semua yang terjadi
Ingin kututup semua dan memulai kembali

Kuingat lagi setiap kerikil yang telah kulewati
Di jalan panjang yang telah kutempuhi
Bersama dunia yang tak lagi kukenali
Karena parasnya kian suram karena sedih

Oh...duniaku...
Sungguh aku lelah bersamamu
Tak kutemui jalan yang lurus bersamamu
Kecuali dengan petunjuk Rabbku

Kuperbaharui kembali tujuanku
Kutata kembali batu-batu
Kusapu setiap butiran debu
Demi asa yang tak kan pernah kubuat berlalu

Fighting!!!

Senin, 07 Oktober 2013

Memilih Senyap


Orang2 yg merindu, namun tetap menjaga kehormatan perasaannya, takut sekali berbuat dosa, memilih senyap, terus memperbaiki diri hingga waktu memberikan kabar baik, boleh jadi doa2nya menguntai tangga yg indah hingga ke langit. Kalaupun tidak dengan yang dirindukan, boleh jadi diganti yg lebih baik.

--Tere Liye
 

el-Bugisiyah Copyright © 2009 Flower Garden is Designed by Ipietoon blogger template for web hosting Flower Image by Dapino