Jumat, 01 November 2013

Istiqomah, Bukan Bebatuan Jalanan yang Mudah Engkau Pungut


Istiqomah... Kata ini tentu tak asing di telinga kita. Bahkan mungkin setiap kita telah menjadikan ini cita-cita teringgi kita di dunia yang kelak akan mengantarkan kita pada perjumpaan dengan Rabb kita, Allah Azza wa Jalla. 
Tapi kawan, istiqomah ini bukanlah sesuatu yang bisa kita raih tanpa mujahadah yang besar. Bukanlah batu-batu yang mudah kita pungut di jalan. Ia hanya akan kita miliki dengan rahmat dan hidayah taufiq dari Allah. 
Apalagi di zaman kita sekarang ini, mendapatkannya adalah anugerah terindah yang dihadiahkan Allah untuk hamba yang dikehendakiNya. 
Istiqomah itu, hanya dapat kita raih dengan mengesampingkan semua hal yang memiliki tendensi keduniaan. Bersikap hati-hati dalam meniti jalan, menyingkirkan duri-duri yang bahkan menggores luka di setiap pijakan kaki kita. 
Yah, ia hanya akan kita dapati dengan menutup mata dari gemerlap dunia, menguatkan militansi jiwa kita sebagai seorang hamba, kokoh terhadap idealisme keberIslaman kita. 
Lihatlah, kita telah sampai pada zaman, dimana seseorang beriman di pagi hari, kafir di sore harinya. Beriman di sore hari, kafir di pagi harinya. 
Maka, tuntutan dan tantangan untuk bisa istiqomah semakin besar. Hiasan dunia semakin menyolok mata. Maka mari kita semakin memperkuat ketaatan kita, kebergantungan kita kepada Allah, karena hanya Dia lah yang dapat membantu kita, menemukan jalan menuju pintu SurgaNya. Sembari banyak berdo'a...
Yaa muqallibal quluub, tsabbit qalbiy 'ala diinika, yaa musharrifal quluub, sharrif qalbiy 'ala tha'aatika.
Rabbanaa laa tuzig quluubanaa ba'da idz hadaytanaa wa hablanaa min ladunka rahmatan innaka antalwahhaab..

Rabu, 30 Oktober 2013

Gigitan Kecil Dari Buku "Jalan Cinta Para Pejuang"


Salman Al Farisi memang sudah waktunya menikah. Seorang wanita Anshar yang dikenalnya sebagai wanita mukminah lagi shalihah juga telah mengambil tempat di hatinya. Tentu saja bukan sebagai kekasih. Tetapi sebagai sebuah pilihan dan pilahan yang dirasa tepat. Pilihan menurut akal sehat. Dan pilahan menurut perasaan yang halus, juga ruh yang suci.

Tapi bagaimanapun, ia merasa asing di sini. Madinah bukanlah tempat kelahirannya. Madinah bukanlah tempatnya tumbuh dewasa. Madinah memiliki adat, rasa bahasa, dan rupa-rupa yang belum begitu dikenalnya. Ia berfikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang pelik bagi seorang pendatang. Harus ada seorang yang akrab dengan tradisi Madinah berbicara untuknya dalam khithbah. Maka disampaikannyalah gelegak hati itu kepada shahabat Anshar yang dipersaudarakan dengannya, Abud Darda’.

Aku dan Duniaku


Aku...kadang ingin berada di sebuah tempat yang hanya aku dan bayangku di sana (dan tentunya bersama Allah Azza wa Jalla). Mungkin semacam rumah pohonlah. Bisa memandang padang rumput yang menghijau dan pemandangan alam lain dengan segenap keindahannya. Ya...bertadabbur alam. Ayat-ayat kauniy yang sangat sering kita lalai mensyukurinya. Lalu ingin kujepret dan kuabadikan dalam bingkai yang kubuat sendiri. Mungkin dari akar-akar pepohonan, dengan tempelan beberapa batu alam yang kecil dan berwarna warni.
Aku dan segenap imajinasi masa kecilku kembali bermain. Melihat dunia yang telah lama tidak menyapaku. Dulu, sering sekali aku berkhayal, berada di tempat seperti itu. Punya rumah pohon, yang di dalamnya ada tempat tidur, dan aku bisa belajar dengan nyaman di sana. Mimpi-mimpi itu terkubur seiring kedewasaan berpikir yang dituntut harus ada dalam diriku. Tapi aku ingin kembali membayangkan diri berada di dalam mimpi itu. Bercengkrama bersama hembusan angin, gemericik air, dan suara dedaunan yang saling bergesekan. Itu semua membuatku lebih tenang, meski kembali lagi, masih dalam mimpiku saja. Menutup mata lama-lama kadang membuatku takut juga, jangan-jangan aku tak kan pernah bangun dan hanya berdiri di sana, di dunia impianku, dengan kesendirianku. Ah, tentu saja aku tak mau. Aku memiliki orang-orang yang kusayangi di duniaku sekarang ini. Dan aku bersyukur, berulang kali pun terpikir untuk memiliki dunia seperti itu, aku selalu memilih duniaku sekarang. Cuma yah, memang kadang kita ingin waktu bersendirian. Bukan untuk bermain, tetapi untuk kembali mengupas kulit-kulit mati yang kian mencangkangi hati. 

Ayana_>,<

Fighting!


Berulang kali...gulita datang menyapa hati
Pekatnya seakan meminta izinku tuk menemani
Entah apakah ia berniat menghibur hati
Atau sekedar menambah kegelisahan diri

Menghela nafas panjang mungkin akan sedikit mengobati
Keguncangan yang terus menguntiti
Setelah semua yang terjadi
Ingin kututup semua dan memulai kembali

Kuingat lagi setiap kerikil yang telah kulewati
Di jalan panjang yang telah kutempuhi
Bersama dunia yang tak lagi kukenali
Karena parasnya kian suram karena sedih

Oh...duniaku...
Sungguh aku lelah bersamamu
Tak kutemui jalan yang lurus bersamamu
Kecuali dengan petunjuk Rabbku

Kuperbaharui kembali tujuanku
Kutata kembali batu-batu
Kusapu setiap butiran debu
Demi asa yang tak kan pernah kubuat berlalu

Fighting!!!

Senin, 07 Oktober 2013

Memilih Senyap


Orang2 yg merindu, namun tetap menjaga kehormatan perasaannya, takut sekali berbuat dosa, memilih senyap, terus memperbaiki diri hingga waktu memberikan kabar baik, boleh jadi doa2nya menguntai tangga yg indah hingga ke langit. Kalaupun tidak dengan yang dirindukan, boleh jadi diganti yg lebih baik.

--Tere Liye

Sabtu, 08 Juni 2013

Goresan #1


Wahai gadis...mungkin pada akhirnya engkau akan menemui kejenuhan dalam mencintai. 
Entah karena orang yang kau cintai ternyata tak jua membalas cintamu, 
atau memang cintamu dari waktu ke waktu kian memudar. 
Ketika rasa itu hadir, maka itulah saatnya engkau kembali bermuhasabah, 
hakikat cinta dan tujuanmu mencintai, serta apa landasanmu dalam mencintai.

Senin, 28 Januari 2013

Wahai gadis muslimah...


Wahai gadis, betapapun shalih seorang ikhwan yang engkau lihat dalam mayanya, 
jangan pernah menyambut cinta yg diungkapnya, 
sumbatlah telingamu dari cinta yg dilisankannya, 
jangan tergoda dengan janji2nya, 
karena... Seorang lelaki yg mencintaimu adlh yg menghormatimu,
 tdk mnjadikanmu menanggalkan hijabmu meski itu di dunia maya. 
Dia yg tak suka memberi harapan palsu, 
harapan akan indahnya hari dimana ia kan mengucap janji di pelaminan suci.
Telah banyak terjadi, hati yang hancur disebabkan nafsu yg membuncah atas nama cinta. 
Ibarat setangkai bunga yg setia menanti sang kumbang, 
tp yg datang kabar si kumbang yg telah menyunting bunga yg lain. 
Bunga yang tentu sj lbh cantik darimu, lbh pandai darimu, lebih segalanya darimu.
Lantas apa yg engkau tuai wahai gadis? kepedihan... penyesalan...kecewa...
trauma....dan ...himpitan perasaan yg diterpa kegalauan.
Sedang dia bergembira dg bunganya, bercanda, dan memadu kasih dgnnya, 
melupakan segenap luka yg tlh dia toreh di hatimu, 
membuang semua kenangan indah bersamamu, 
dan berpura lupa dg harapan serta janji2nya. 
Maaf yg terucap darinya pun hanya kan menambah koyak lukamu. 
Sungguh kerugian yg sgt besar....
Janganlah mencoba bermain api, jika tak ingin dirimu terluka karena panas baranya...



.::Al Faaqirah ila Rabbiha::.

Selasa, 22 Januari 2013

Saudaramu Juga Manusia Biasa


Bismillah.
Alhamdulillahilladzi hadaana li hadza wa maa kunna linahtadiya law laa an hadaanallah....

TemanS, "bercanda" adalah satu diantara sekian banyak aktifitas di lembaran kehidupan kita. Ini tak bisa kita pungkiri, dan ini juga bukan sesuatu yang diharamkan secara mutlak, karena Rasul kita yang mulia pun kadang bercanda, hanya saja beliau shallallahu'alayhi wasallam tidak pernah berdusta dalam percandaannya, tidak pula meninggalkan adab-adab, dan tentu saja itu adalah canda yang bermanfaat dari seorang manusia termulia sepanjang zaman. 
Dituturkan ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha:

مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّه صلىاللّه عليه وسلم مُستَجْمِعًا قَطُّ ضَا حِكًا حَتَّى تُرَى مِنْهُ لَهَوَاتُهُ إِنَمَا كَانَ يَتَبَسَّمُ

Aku belum pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan lidahnya, namun beliau hanya tersenyum.[Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhâri dan Imam Muslim]

Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu menceritakan, para sahabat bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Wahai, Rasulullah! Apakah engkau juga bersenda gurau bersama kami?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: Betul, hanya saja aku selalu berkata benar. [Diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad yang shahîh]

Begitupun aku, kamu, dan mereka. Tapi hari ini melihat canda kita amatlah berbeda dengan canda Rasulullah shallallahu'alayhi wasallam dan generasi salaful ummah. Ada yang membumbui candanya dengan dusta, bercanda diiringi gelak tawa yang berlebihan, ada pula yang sama sekali tidak menggunakan adab yang baik sehingga menyakiti pendengar atau orang yang dicandai.
Bahkan ini tidak jarang terjadi di kalangan penuntut ilmu. 
Pernah kami mendapati seseorang yang dengan mudah dia mencandai saudarinya, "Begitulah kalo orang sudah tua belum nikah-nikah...", di lain waktu dia mengatakan, "Program itu untuk mahasiswa, bukan untuk perawan tua. Haha..." (yang dimaksud perawan tua adalah orang yang ia candai)
Meskipun hanya bercanda, kita harus tau materi candaan kita, jangan melontarkan sesuatu yang boleh jadi akan menyakiti hati orang lain. Sekalipun apa yang kita percandakan adalah sesuatu yang benar adanya. Seperti contoh di atas. Menggelari oranglain dengan sebutan "perawan tua" di waktu yang tepat mungkin tidak akan menyakitinya, tetapi di keadaan yang lain, saat hatinya sedang sensitif, atau sedang mengalami banyak tekanan dan masalah, tentu ini bukanlah materi percandaan yang baik. 
Walaupun benar, dia sudah berumur namun belum menikah, itu bukanlah keinginannya, hanya saja Allah belum menakdirkannya bertemu dengan jodohnya.

Jadi, karena kita adalah manusia biasa yang tidak bisa memprediksi keadaan hati seseorang, hendaknya kita menjadi orang yang sangat berhati-hati terhadap apa yang akan kita lisankan.
Wahai saudaraku, saudara(i)mu yang engkau candai juga manusia biasa sepertimu, memiliki perasaan, apalagi jika dia seorang wanita, yang secara fitrah memang diciptakan dengan perasaannya yang halus.
Saudaraku, karena engkau adalah penuntut ilmu dan bukanlah seorang yang awwam, sudah seharusnya engkau lebih berhati-hati dalam bercanda. Jika engkau mengatakan bahwa itu cuma canda sebagai sedikit ujian ketegaran bagi saudarimu, ujian mental baginya untuk menghadapi banyaknya cemoohan orang lain, untuk menunjukkan seberapa kuat hatinya, ingatlah saudaraku, bahwa yang berhak menguji ketegaran seorang hamba adalah Rabbnya. Cukuplah ia bersama dengan masalah dan ujian yang diterimanya. Jangan lagi engkau tambah kepedihan hatinya dengan ucapanmu.

Dan wahai orang yang merasa tersinggung dengan percandaan saudaranya, ingat pulalah bahwa walaupun saudaramu adalah seorang penuntut ilmu, dia juga manusia biasa sepertimu yang tidak luput dari kesalahan. Maafkanlah ia dan nasihatilah dengan cara yang hikmah, agar dia tak mengulangi perbuatannya. Hilangkanlah kebencian dalam hatimu, yakinlah itu hanya satu kelemahan diantara banyaknya kelebihan dan kebaikannya. Dan inilah bunga-bunga ukhuwah, yang ketika benar engkau mencintai saudaramu karena Allah, engkau harus membayar mahal dengan kesediaanmu saling bernasihat dalam kebenaran dan kesabaran. Wallohu Ta'ala a'lam wal Musta'an.
^__^

Wa Shallallahu 'ala Muhammadin wa 'ala alihi wa ashaabihi wasallam...
Allohu yubaarik fiikum...

Jumat, 18 Januari 2013

Maaf, Aku Tak Bisa Menjadi Oranglain


 
Bismillah
Alhamdulillah, hamdan katsiiran thoyyiban mubaarokan fiih...

Ngeblog, aktifitas yang nyaris kutinggalkan. Inspirasi semuanya buyar saat berada di depan layar kaca. Mereka baru muncul dan terlintas kala gerak tangan tak siap merekat setiap kata dalam untaian tulisan. Kayaknya saya harus punya tablet PC. Hehe...(Obsesi dunia, lagi-lagi!!!)

Dalam tulisan ini, seperti biasa, apa yang kugambarkan adalah apa yang kualami atau dialami orang-orang disekitarku. Sangat sering, kita menjadi seperti mobil yang gampang disetir ke kanan, ke kiri, maju, mundur, lurus, berbelok, atau berhenti. Itu karena ada-ada saja orang di sekitar kita yang seakan memiliki kita dan kita pun harus menyerahkan sikap loyal kita terhadapnya. 
 

el-Bugisiyah Copyright © 2009 Flower Garden is Designed by Ipietoon blogger template for web hosting Flower Image by Dapino